Konsep Dakwah Islam



Dakwah merupakan sebuah terminologi yang diambil dari Al-Qur’an. Ada banyak ayat yang menyebutkan kata dakwah beserta deviriasinya yaitu sebanyak 198 kali, tersebar dalam 55 surat dan bertempat dalam 176 ayat. Ayat-ayat tersebut sebagian besar turun di Makkah yaitu 141 ayat, 30 ayat turun di Madinah dan 5 ayat dipertentangkan antara Makkah dan Madinah sebagai tempat turunnya, karena ada perbedaan tentang tempat turunnya Surat al-Hajj (QS 22), yakni surat yang memuat kelima ayat tersebut[1]
Ditinjau dari segi etimologi, dakwah berasal dari bahasa arab dari kata ad-dal dan al-ain serta salah satu huruf mu’tal yang bermakna condongnya sesuatu kepadamu dengan suara atau ucapan.[2] Dalam ilmu tata bahasa arab, kata dakwah berbentuk isim masdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) “da’a-yad’u” artinya memanggil, mengajak atau menyeru.[3] Jadi dakwah menurut arti kebahasaan adalah seruan kepada jalan yang benar. Orang yang menyeru, memanggil atau melaksanakan dakwah dinamakan da’i atau juru dakwah dalam istilah keseharian.
Sedangkan dakwah menurut terminologi mempunyai beragam makna dan pendapat tentang hal itu, diantaranya adalah dakwah menurut Hasjmy ialah setiap usaha yang mengarah untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntutan kebenaran.[4] Pendapat ini dapat dikatakan dakwah bukan hanya milik suatu komunitas agama tetapi milik suatu komunitas yang ada untuk menciptakan kehidupan yang damai.
Menurut Harifuddin Cawidu sebagaimana yang dikutip oleh Khusniati Rofiah, secara clasik rumusan dakwah bila merujuk kepada Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 104

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS.Al-Imran: 104) [5]

Pada ayat diatas bisa didefinisikan sebagai upaya mengajak atau menyeru manusia kepada kebaikan dan kebenaran serta mencegah dari kekejihan, kemunkaran dan kebatilan untuk mencapai keselamatan, kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara secara substansial dakwah pada dasarnya adalah suatu proses yang berkesinambungan berupa aktifitas-aktifitas dinamis yang mengarah kepada perbaikan, pembinaan dan pembentukan masyarakat yang bahagia (munflihun) melalui ajakan yang kontinyu kepada kebaikan (al-da’wah ila al-khayr) dan ma’ruf (al-amru bi al-ma’ruf) serta mencegah manusia dari hal-hal yang munkar (al-nahyu anil-munkar) dalam arti yang seluas-luasnya.[6]
Sementara itu menurut A. Rosyad Shaleh dakwah adalah usaha merealisasikan ajaran Islam didalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia untuk memperoleh keridhaan Allah swt.[7] Oleh karena itu Islam dianggap sebagai suatu etika akhlak yang harus direalisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Sedangkan menurut penulis, definisi dakwah Islam adalah mengajak umat manusia mematuhi perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya dengan jalan yang baik dan bijaksana untuk mendapatkan hidup yang lebih baik serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam berdakwah tentunya mempunya berbagai macam tujuan, karena segala sesuatu yang tanpa tujuan adalah sia-sia belaka. Khusniati Rofiah tujuan dakwah adalah mengubah masyarakat sasaran dakwah kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, lahiriah maupun batiniah.[8] Dari sudut pandang ini, urgensi dakwah adalah sebagai cara atau jalan untuk memberikan pemahaman kepada umat tentang makna agama dan mengajak mereka mengamalkannya, dengan cara-cara proporsional dan metodis.
Oleh karena itu dalam kehidupan setiap muslim,aktivitas berdakwah merupakan suatu kewajiban utama. Dakwah memiliki bentuk yang beraneka macam  mulai dari berjihad dimedan perang, menyampaikan amar makruf nahi mungkar, memberikan nasehat, hingga menyingkirkan duri dari jalan atau bahkan hanya memberikan senyuman. Dalam hal ini Islam tidak mewajibkan umat Islam untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tetapi yang diwajibkan adalah usaha atau iktiar yang maksimal.[9]


[1]  Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata masyarakat
[2]  Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyah, Mu’jam al-mahabis al-lughoh (Baerut: Dar al-Fikr, 1994), 350
[3]  Asmuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya al-iklas, 1983) 17
[4]  Ibid, 20
[5]  Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI, 93
[6]  Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat, (Ponorogo, STAIN Press. 2010), 23
[7]  A. Rosyad Shaleh, Management Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), 74
[8]  Khusniati Rofiah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya di Mata Masyarakat (Ponorogo : STAIN Press, 2010),  26
[9]  Yunus Hanis Syan, Manajemen Dakwah , 10

1 Response to "Konsep Dakwah Islam"

  1. Makasih infonya gan.... makin mantab ane untuk dakwah, setidaknya utk di keluarga dulu

    BalasHapus