PJ Blog | Sebuah kisah yang diceritakan oleh pak Aji yang merupakan saksi mata kejadian mengerikan ini. Kisah ini datang dari Desa Kutuwetan Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo. Di Desa Kutuwetan ini, konon menurut sejarah, sebelum nama Ponorogo dikenal luas telah berdiri Kademangan Surukubeng. Pada waktu itu termasuk wilayah Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan Prabu Brawijaya V. Kademangan Surukubeng dipimpin oleh Ki Gede Ketut Suryo Ngalam yang beragama Budha, dan lebih dikenal dengan sebutan Ki Ageng Kutu.
Diwilayah ini terdapat sebuah petilasan kuno dengan nama _Warudoyong_ sebuah tempat petilasan terbunuhnya Ki Hanggolono yang merupakan salah satu pengikut setia Ki Ageng Kutu atau Ki Demang Suryangalam. Ditempat ini Ki Hanggolono sedang mendapat tugas dari Ki Ageng Kutu untuk menangkap dan membunuh duta Raden Bathoro Katong, yaitu Patih Selo Aji dan Kyai Ageng Mirah atau Kyai Ageng Muslim. Pada saat Ki Hanggolono akan menangkap dan membunuh Kyai Ageng Mirah, Patih Selo Aji menumbaknya hingga akhirnya Ki Hanggolono berlari dalam keadaan tertombak dan akhirnya mati dibawah pohon waru, dan mulai saat itulah wilayah itu dikenal dengan sebutan Warudhoyong Sebagaimana dalam buku Babad Ponorogo karya Fajar Pramono, 2006: hal. 43.![a2]
Berawal dari cerita sebagaimana tersebut diatas keangkeran _Warudoyong_ hingga kini masih sangat terasa, terbukti 80% masyarakat yang tinggal didaerah sekitar _Warudoyong_ ini ketika malam telah tiba tidak berani lewat atau melewati daerah ini. _Warudoyong_ ini lokasinya dipinggir sungai yang terhubung dengan sungai Keyang (Kali Keyang), dipinggir kali _Warudoyong_ ini terdapat tanggul untuk mencegah banjir yang kurang lebih tingginya 2,5m dan dipinggir tanggul terdapat jalan penghubung antara Balai Desa Kutu Wetan dengan Desa Kutu Kulon dan jalan ini merupakan jalur utama.
Hantu yang beli Bakso. Cerita ini diceritakan oleh Bapak Aji, beliau salah satu warga yang bertempat tinggal di sekitar _Warudoyong_. Waktu itu hujan gerimis rintik-rintik ada penjual bakso tiba-tiba berhenti di Warudhoyong ini dan dari kejauhan terlihat seperti melayani seseorang yang membeli Baksonya. Singkat cerita ketika setelah selesai melayani pembeli Bakso, pedagangnya pun melanjutkan perjalanan dan pak Aji yang melihat kejadian tersebut saking penasarannya memberhentikan penjual bakso tersebut untuk mencari tau siapa yang membeli baksonya, pasalnya tempat tersebut tidak ada rumah ataupun tempat yang layak untuk istirahat orang, melainkan sebuah pinggiran sungai yang dipenuhi tanaman bambu ori atau orang sekitar menyebutnya greng.!
Ditengah-tengah penasarannya Pak Aji beliau pun akhirnya bertanya kepada penjual bakso “Pak tadi barusan disana itu (Warudoyong) ada yang beli Bakso ya?” Tanya Pak Aji, Penjual Bakso pun menjawab ”Iya pak tadi disana (Warudhoyong) ada empat orang yang beli” Jawab Penjual Bakso. Bulu kuduk Pak Aji pun langsung berdiri pasalnya dari hasil pengamatan Pak Aji dari kejauhan ditempat ini tidak ada seorangpun kecuali penjual bakso itu sendiri.
Begitulah sedikit cerita keangkeran _Warudoyong_ yang sampai saat ini masih dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, tak hanya cerita sebagaimana diatas saja yang ada di tempat ini melainkan banyak cerita kejadian-kejadian aneh yang diluar akal normal ada disini
0 Response to "Kisah Nyata Penjual Bakso di Ponorogo, dagangannya dibeli Empat hantu"
Posting Komentar