Ilmu Dakwah yang harus diketahui bagi para pendakwah

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Dakwah adalah term yang terambil dari Al-Qur’an, ada banyak ayat Al-Qur’an yang diantara kata-kata yang digunakannya adalah dakwah atau bentuk lain yang akar katanya adalah dakwah. Al-Qur’an menyebutkan kata dakwah dan devirasinya sebanyka 198 kali, tersebar dalam 55 surat dan bertempat dalam 176 ayat. Ayat-ayat tersebut sebagian besar (sebanyak 141 ayat) turun di Mekah, 30 ayat turun di Madinah dan 5 ayat dipertentangkan keberadaannya anatara Mekah dan Madinah sebagai tempat turunnya, karena ada perbedaan pendapat tentang tempat turunnya surat Al-Hajj yakni surat yang memuat kelima ayat tersebut.
Dari analisis terhadap ayat-ayat tersebut diketahui bahwa terma dakwah dalam Al-Qur’an dipergunakan untuk pengertian yang lebih luas dari pemaknaan dakwah yang dipergunakan oleh masyarakat-dakwah. Dalam ilmu dakwah, istilah dakwah cenderung dipakai untuk menunjuk proses dakwah yang berpihak kepada ajaran agama Islam, namun dalam Al-Qur’an istilah dakwah digunakan dalam arti yang lebih luas lagi, yakni disamping menunjuk pada proses dakwah – Islam juga untuk pengertian lain. Hasil penelitiantersebut membuat tiga kategori pemaknaan terma dakwah dalam Al-Qur’an. Pertama, istilah dakwah dalam Al-Qur’an diartikan sama dengan pemaknaan yang dipergunakan oleh masyarakat-dakwah, Kedua, mirip, Ketiga, tidak sama dengan yang digunakan masyarakat dakwah.
Untuk itu jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka citra profesional dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat, dimana kegiatan dakwa ini memerlukan perencanan kegiatan secara sistematis agar dakwah yang disampaikan dapat berjalan secara efektif dan dapat membawa perubahan pada objek sasaran dakwah dilaksanakan.

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian
A.                Pengertian dan definisi dakwah.

1.Arti Dakwah Menurut Bahasa (etimologi)
Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), dakwah berasal dari kata bahasa arab yang berarti “panggilan, ajakan atau seruan”.[1] Dalam ilmu tata bahasa arab, kata dakwah berbentuk sebagai “isim mashdar”. Kata ini berasal dari ‘fi’il’ (kata kerja) “دعا- يدعو ” artinya memanggil, mengajak atau menyeru. Arti kata dakwah seperti ini sering dijumpai atau dipergunakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti:
...... وَادْعُوْا شُهَدَآءَ كُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ - البقرة: 23
 “….. dan panggillah saksi-saksimu lain dari pada Allah……” (Al-baqarah:23)
......ألئِكَ يَدْعُوْنَ إلَى النَّارِ وَاللهُ يَدْعُوْنَ إلَى الجَنَّةِ – البقرة: 221
“ mereka itu menyeru ke dalam neraka, dan Allah menyeru ke dalam syurga”.(Al-baqarah:221)
وَاللهُ يَدْعُوْآ إلَى دَارِ السَّلاَمِ.........
“Allah menyeru kepada Darussalam(syurga)…….” (Yunus:25)

2. Arti dakwah menurut istilah (semantik)
Dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah beraneka ragam pendapat. Hal ini tergantung pada sudut pandang mereka di dalam memberikan pengertian terhadap istilah tersebut.
Menurut Drs. Hamzah Yaqub dalam bukunya “Publisistik islam” memberikan pengertian dakwah dalam islam ialah “Mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasulNya”. (47:9).
Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.
أُدْعُ إلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالحِكْمَةِ وَالمَوْعِظَةِ الحَسَنَةِ وَجَادِ لهُمْ بِالَّثِي هِىَ أَحْسَنْ – النحل: 125
Definisi menurut Sayid Qutb: mengajak orang lain masuk kepada jalan Allah, definisi Muhammad Natsir: dakwah dalam arti luas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. [2]
Penulis sendiri berpendapat bahwa istilah dakwah itu dapat diartikan dari dua segi atau dua sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan. Pembinaan artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya.sedangkan pengembangan berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan atau mengadakan sesuatu hal yang belum ada.
      Berbagai definisi tersebut diatas, meskipun terdapat kesamaan atau pun perbedaan-perbedaan namun bila dikaji dan disimpulkan akan mencerminkan hal-hal seperti berikut:
1)      Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana.
2)      Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia kejalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan)
3)      Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia sejahtera di dunia ataupun di akhirat.    

Tujuan
Proses penyelenggaraan dakwah dilaksanakan dalam rangka mencapai nilai tertentu. Nilai tertentu yang diharapkan dapat diperoleh dengan jalan melakukan aktifitas dan realisasi dakwah itu disebut tujuan dakwah. Tujuan dakwah merupakan salah satu tujuan umum dakwah, sehingga bisa dikatakan apabila unsur ini tidak ada maka penyelenggaraan dakwah tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan atau semua usaha akan sia-sia. Mengenai konteks tujuan dakwah ini, para pakar memberikan definisi yang berbeda-beda. Namun perbedaan pendapat tersebut hanyalah dalam tataran redaksi bahasa. Substansinya sesungguhnya sama yaitu demi kemaslahatan hidup manusia di dunia dan kehidupan di akhirat. Muhammad Natsir mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah:
  1. Memanggil manusia kepada syariat untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, bersuku-suku, berbangsa-bangsa dan bernegara.
  2. Memanggil manusia kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di muka bumi, menjadi pelopor, pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian bagi umat manusia.
  3. Memanggil manusia kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah Swt. sebagai satu-satunya zat Pencipta.
Di lain pihak Dr. Mawardi Bachtiar berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah Swt. Sedangkan Prof. H.M. Arifin menjelaskan tujuan dakwah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang disampaikan oleh pelaksana dakwah atau penerang agama. Adapun menurut Prof. Toha Yahya Umar, M.A. menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah untuk menobatkan benih hidayah dalam meluruskan itiqad, memperbanyak amal secara terus-menerus, membersihkan jiwa dan menolak syubhat agama. Selanjutnya M. Syafaat Habib mengemukakan tujuan dakwah adalah berupaya untuk melahirkan dan membentuk pribadi atau masyarakat yang berakhlak atau bermoral Islam. Lebih jauh lagi Syeck Ali Mahfudz berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mendorong manusia untuk menerapkan perintah agama dan meninggalkan larangan-Nya supaya manusia mampu mewujudkan kehidupan bahagia di dunia dan di akherat. Sementara Didin Hafiduddin menegaskan tujuan dakwah adalah untuk mengubah masyarakat sebagai sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera lahiriah maupun bathiniah.
Dalam hal tujuan dakwah Asmuni Syukii membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum (mayor objektive)
Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diredhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.
b. Tujuan Khusus (minor objektive)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai. Olehnya itu tujuan umum masih perlu diterjemahkan atau di klasifikasi lagi menjadi tujuan khusus, sehingga lebih memperjelas maksud kandungan tujuan khusus tersebut adalah :
1). Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt.Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah Swt, dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarangnya seperti yang terkandung dalam al-Qur’an surat al- Maidah (5) ayat 2 ;
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#q=ÏtéB uŽÈµ¯»yèx© «!$# Ÿwur tök¤9$# tP#tptø:$# Ÿwur yôolù;$# Ÿwur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |MøŠt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6tƒ WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sŒÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rߊ$sÜô¹$$sù 4 Ÿwur öNä3¨ZtB̍øgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ

Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula) mengganggu orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka lekaslah berburu. Janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
2). Membina mental agama Islam bagi mereka yang masih mengkwatirkan tentang keislaman dan keimanannya (orang mukallaf), seperi yang terdapat dalam Q.S. (2) : ayat 286
Ÿw ß#Ïk=s3ムª!$# $²¡øÿtR žwÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pköŽn=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 $oY­/u Ÿw !$tRõÏ{#xsè? bÎ) !$uZŠÅ¡®S ÷rr& $tRù'sÜ÷zr& 4 $oY­/u Ÿwur ö@ÏJóss? !$uZøŠn=tã #\ô¹Î) $yJx. ¼çmtFù=yJym n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB $uZÎ=ö6s% 4 $uZ­/u Ÿwur $oYù=ÏdJysè? $tB Ÿw sps%$sÛ $oYs9 ¾ÏmÎ/ ( ß#ôã$#ur $¨Ytã öÏÿøî$#ur $oYs9 !$uZôJymö$#ur 4 |MRr& $uZ9s9öqtB $tRöÝÁR$$sù n?tã ÏQöqs)ø9$# šúï͍Ïÿ»x6ø9$# ÇËÑÏÈ
Terjemahnya :
Allah tidak membebani seorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya, (mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa dan kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
3). Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpan dari fitrahnya. Tujuan ini didasarkan pada al-Qur’an surat ar-Ruum (30) ayat 30
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ
Terjemahnya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) ;(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Meskipun definisi tentang tujuan dakwah bervariasi, namun pada hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifistasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual serta kultural dalam rangka kehidupan manusia, dengan menggunakan cara tertentu.
Dengan demikian, dari semua tujuan - tujuan tersebut di atas, merupakan penunjang daripada tujuan akhir aktifitas dakwah. Tujuan akhir ini aktifitas dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manusia lahir dan bathin di dunia dan di akherat nanti
Unsur-unsur Dakwah
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
125.  Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

[845]  Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Dengan merujuk kepada surat al-Nahl ayat 125 dapat dirumuskan unsur-unsur dakwah[3] yaitu :
A. Da’i
Da’i adalah setiap orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah[4]. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendaknya memilih kepribadian yang baik sebagai seorang da’i, menurut Prof. DR. Hamka “ jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi atau pembawa dakwah itu sendiri, yang sekarang lebih populer disebut da’i”. kepribadian disini meliputi kepribadian yang bersifat jasmanai dan rohani meliputi :

B.                 Sifat-sifat Seorang Da’i
1.      iman dan taqwa kepada Allah
Syarat kepribadian sorang da’I yang terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah. Oleh karena itu didalam membawa misi dakwah diharuskan terlebih dahulu diri-sendiri dapat memerangi hawa nafsunya, sehingga diri pribadi ini lebih taat kepada allah dan Rasulnya dibandingkan dengan sasaran dakwahnya.
  1. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat mutlak ang harus dimiliki seorang da’I. Sebab dakwah adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah atau terkenal dengan hablullah,yakni amal perbuatan yang berhubungan dengan Allah[5]. Sifat ini sangat menentukan keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati ketika memberikan ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan ceramah.
  1. Ramah dan penuh pengertian
Propaganda yang dapat diterima orang lain, apabila yang mempropagandakan berlaku ramah, sopan dan rigan tangan untuk melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan dan keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.
  1. Tawadlu’ (rendah diri)
Rendah diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina dibandingkan dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi seorang da’I yang sopan, tidak sombong dan tidak suka menghina dan mencela orang lain.
  1. Sederhana dan jujur
Sederhana bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini tidak bermegah-megahan, angkuh dan sebagainya, sedangkan kejujuran adalah orang yang percaya akan ajakannya dan dapat mengikuti ajakan dirinya.
  1. Tidak memiliki sifat egoisme
Ego adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam pergaulan merasa dirinya terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat inilah yang harus dijauhi betul-betul oleh seorang da’I .

  1. Sifat semangat
Semangat berjuang harus dimiliki oleh da’I, sebab dengan sifat ini orang akan trerhindar dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.
  1. Sabar dan tawakal
Dalam melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan cobaan hendaklah sabar dan tawakan kepada Allah.
  1. Memiliki jiwa toleran
Dimana tempat da’I dapat mengadaptasikan dirinya dalam artian posisi.
  1. Sifat terbuka
Apabila ada kritik dan sara hendaknya diterima dengan gembira, mengalami kesulitan yang sanggup memusyawarahkan dan tidak berpegang tangan kepada idenya sendiri.
  1. Tidak memiliki penyakit hati
Sombong, dengki, ujub, dan iri haruslah disingkirkan dalam hati sanubari yang hendak berdakwah.
C.                 Sikap Seorang Da’i
  1. Berakhlak mulia
Berbudi pekerti yang baik (akhlaqul karimah) sangat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang da’I . Bahkan prof. DR. hamka pernah mengatakan bahwa “alat dakwah yang sangat utama ialah akhlak”.
  1. Hing ngarsa asung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuri handayani.
Pendapat Ki Hajar Dewantoro Bapak Pendidikan Indonesia itu harus pula dimiliki seorang da’I. Hing ngarsa asung tuladha; artinya seorang Da’i yang merupakan orang terkemuka di tengah-tengah masyarakat haruslah dapat menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat. Hing madya mangun karsa; artinya bila di tengah-tengah massa, hendaknya dapat memberikan semangat, agar mereka senantiasa mengerjakan, mengikuti segala ajakannya. Selanjutnya tutwuri handayani; artinya bila bertempat di belakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar lebih meningkatkan amalannya.

  1. Disiplin dan bijakasana
Disiplin dalam artian luas sangat diperlukan oleh seorang da’I dalam mengemban tugasnya sebagai muballigh. Begitupun bijaksana dalam menjalankan tugasnya sangat berperan di dalam mencapai keberhasilan dakwah.
  1.  Wira’i dan berwibawa
Sikap yang wira’I menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i. sebab kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang akan percaya menerima ajakannya.
  1. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang da’I, tanggung jawab disini maksudnya pesan yang disampaikan da’I tersbut dapat di uji kebenarannya.
  1. Berpandangan luas
Seorang da’I dalam menentukan starategi dakwahnya sangat memerlukan pandangan yang jauh, tidak fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan tugasnya.
D.                 Berpengetahuan Yang Cukup.
Beberapa pengetahuan, kecakapan, keterampilan tentang dakwah sangat menentukan corak strategi dakwah. Seorang da’I dalam kepribadiannya harus pula dilengkapi dengan ilmu pengetahuan, agar pekerjaannya mencapai hasil yang efektif dan efisien. 
  1. B.     Pesan
Pesan dakwah ini dalam al-Qur’an diungkapkan beraneka ragam yang menunjukan fungsi kandungan ajaran-Nya, melalui penyampaian pesan-pesan Islam, manusia akan dibebaskan dari segala macam bentuk kehkufuran dan kemusrikan. Inti agama Islam yang telah disepakati oleh para ulama, sarjana, dan pemeluknya sendiri adalah tauhid[6].  Sehingga sering dikatakan bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Dan yang membedakan Islam dengan agama lainnya adalah monoteisme atau tauhid yang murni, yang tidak dapat dicampuri segala bentuk syirik[7]. Dan inilah yang melebihkan agama Islam diatas agama lain.
Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah al-Qur’an itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik. Paling tidak terdapat sepuluh maksud pesan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam adalah :
  1. Menjelaskan hakikat tiga rukun Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, yang telah didakwahkan oleh Rosul
  2. Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok dan masyarakat.
  3. Menjelaskan sesuatu yang belum diketahui manusia tentang hakikat kenabian, risalah, dan tugas para Rosul.
  4. Mereformasi kehidupan sosial kemasyarakatan dan sosial politik diatas dasar kesatuan nilai kedamaian dan keselamatan dalam agama.
  5. Mengkokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan.
  6. Menjelaskan hukum Islam tentang kehidupan politik negara.
  7. Membimbing penggunaan urusan harta.
  8. Meroformasi sistem peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi.
  9. Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya.
  10. Membebaskan perbudakan.
  1. C.    Uslub/Metode
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani, yakni dari kata “metodos” yang berarti cara atau jalan. Sedangkan pengertian menurut terminologi adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Dengan demikian metode dakwah dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang ditempuh/ diterapkan oleh seorang da’I  dalam menjalankan aktivitas dakwahnya agar tercapai apa yang menjadi tujuan dakwahnya dengan efektif dan efisien.
Ada beberapa metode dakwah yang dipakai secara umum oleh para da’I, diantaranya :
  1. Metode Ceramah (Rhetorika Dakwah)
Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seseorang da’I atau mubaligh pada suatu aktivitas dakwah, ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, khutbah, sambutan, mengajar dan sebagainya.
Metode ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang digunakan oleh para da’I  atau pun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan risalahnya.

  1. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan mubaligh atau da’I sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk melayani masyarakat sesuai kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang ingin mengerti dan dapat mengamalkannya.
Metode tanya jawab ini bukan saja cocok pada ruang tanya-jawab, baik di radio maupun media surat kabar dan majalah, akan tetapi cocok pula untuk mengimbangi dan memberi selingan ceramah. Metode ini sering dilakukan Rasulullah S.A.W dengan Jibril AS, demikian juga dengan para sahabat di saat tak dimengerti tentang sesuatu dalam agama (sahabat bertanya kepada Rasulullah).
  1. Debat (Mujadalah)
Mujadalah selain sebagai dasanama (sinonim) dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah satu metode dakwah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125. berdasarkan firman Allah, berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah. Namun perlu diketahui bahwa debat yang dimaksud di sini adalah debat yang baik, adu argument dan tidaka tegang sampai pada pertengkaran.
Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan pendapat dan ideologinya agar pendapat dan idiologinya itu diakui kebenarannya dan kehebatannya oleh musuh (orang lain). Berdebat efektif dilakukan sebagai metode dakwah hanya pada orang-orang (objek dakwah) yang membantah akan kebenaran Islam.
  1. Percakapan Antar Pribadi
Percakapan pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seseorang da’I  atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam percakapan atau mengobrol untuk aktivitas dakwah.
  1. Metode Demonstrasi
Berdakwah dengan cara memperlihatkan suatu contoh baik berupa benda, peristiwa, perbuatannya dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang da’I yang bersangkutan menggunakan metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah di mana seorang da’I memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.
  1. Metode Dakwah Rasulullah
Muhammad saw. seorang da’I  internasional, pembawa agama Islam dari Allah untuk seluruh alam. Beliau di dalam membawa misi agamanya menggunakan berbagai metode antara lain :
  • Dakwah dibawah tanah
  • Dakwah secara terang-terangan
  • Surat menyurat
  • Politik pemerintah
  • Peperangan
  1. Pendidikan dan Pengajaran Agama
Pendidikan dan pengajaran dapat pula dijadikan sebagai metode dakwah. Sebab dalam definisi dakwah telah disebutkan bahwa dakwah dapat diartikan dengan dengan dua sifat, yakni bersifat pembinaan dan pengembangan.
Hakikat pendidikan agama adalah penanaman moral keagamaan kepada objeknya, sedangkan pengajaran agama adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada orang yang menjadi objeknya.
  1. Mengunjungi Rumah (Silaturahmi/Home Visit)
Metode dakwah semacam ini dirasa efektif juga untuk dilaksanakan dalam rangka mengembangkan maupun membina umat Islam sehingga banyak da’I -da’I  yang menggunakan metode seperti ini.
  1. D.    Media
Jika metode merupakan mesian dan pengemudi dari sebuah kendaraan dalam perjalanan dakwah menuju suatu tujuan yang ditetapkan, maka media merupakan kendaraan itu sendiri, tanpa instrument yang dimiliki oleh da’I, perjalanan dakwah tidak akan berjalan.
Instrumen yang berfungsi sebagai media itu, dalam diri da’I adalah seluruh dirinya sendiri. Sedangkan yang diluar diri da’I adalah media cetak, elektronik , dan benda lainnya.
Baik metode maupun media memiliki pengaruh tersendiri bagi da’I dan media yang akan menentukan kelancaran dan kesuksesan proses dakwah itu sendiri. Contoh dakwah di media televisi dan surat kabar adalah :


  1. Iklan melalui media televisi
Iklan adalah khotbahnya televisi. Namun, iklan bukan memasarkan suatu produk. Iklan juga memasarkan nilai, sikap, perasaan, dan gaya hidup. Secara sangat dahsyat iklan sanggup mengubah watak dan tabiat masyarakat menjadi konsumen kelas berat. Sudah tentu, sebagai media penyampaian informasi, televisi bersifat netral belaka, tidak baik dan tidak buruk. Atau sekarang sedang tren melalui HP sekalipun dakwah telah bisa dilakukan, misalnya iklan pesawat televisi yang menayangkan sosok  Aa Gym yang isinya mengajak untuk bergabung memberikan dakwahnya melalui perantara HP supaya masyarakat mengikuti program tersebut dan tidak susah payah lagi ke majelis ta’lim atau yang lainnya.
  1. Melalui surat kabar
kembali kepada juru dakwah yang mau memanfaatkan yang bernama media pers ini untuk kepentingan dakwah, misalnya, artikel dan opini Aa Gym di koran Pikiran Rakyat setiap hari jum’at, ini merupakan dakwah melalui media surat kabar diantaranya.

  1. E.     Mad’u
Salah satu unsur dakwah yangf satu lagi adalah mad’u, apabila hubungan baik terjalin antara da’I dan mad’u semakin meningkat. Kedekatan hubungan ini boleh terjadi secara alamiah terbentuknya karena bertemunya kedua unsur yang saling membutuhkan dan saling mendukung, tapi bisa juga dari hasil buah kerja dakwah yang efektif.
Hubungan baik antara da’I dan mad’u bisa menimbulkan mad’u yang secara penih mengerti akan pesan yang disampikan oelh da’I, ini menunjukan suatu terjalinya hubungan yang baik. Faktor yang menentukannya diantaranya:
  1. Faktor percaya
Jika masyarakat percaya terhadap da’I dan memandangnya dengan penuh hormat, dipihak lain da’I pun percaya bahwa masyarakat berpikir konstruktif. Jika tidak seperti ini, maka akan menimbulkan kesalahnpahaman.
  1. Sikap saling membantu
Jika masyarakat dibantu akan kedatangan da’I, dan da’I pun merasa dibantu oleh mad’u dalam berekpresi diri dan beramal shaleh mengembangkan karir, maka terjalin hubungan baik mudah terjadi.

  1. Sikap terbuka
Seorang mad’u harus mempunyai sikap terbuka, agar pesan yang disampaikan da’I dapat dicerna atau diterima dengan baik karena adanya perasaan terbuka dan tidak ada perasaan tertutup sedikit pun agar terjalin efek komunikasi yang baik diantara mereka.

BAB III
KESMIPULAN

Uraian-uraian diatas memberikan kita kejelasan bahwa dalam melaksanakan atau mengemban tugas yang mulia ini tidaklah semudah yang kita bayangkan agar dakwah secara maksimal tercapai.
Terdapat lima unsur dakwah yang harus dipenuhi yaitu : da’I, pesan, metode, media, dan mad’u. unsur itu jarus dipenuhi karena untuk tercapainya dakwah yang diharapkan oleh kita menjadi tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruqi, Ismail Raji. TAUHID. PUSTAKA. Bandung. 1995
Dermawan, Andy. Metodologi Ilmu Dakwah. LESFI. Ypgyakarta. 2002
Kusnawan, Aep. Komunikasi Penyiaran Islam. Benag Merah Press. Bandung. 2004
Mubarok, Achmad, DR, MA. Psikologi Dakwah. Pustaka Firdaus. Jakarta. 1999
Muhyidin, Asep, Prof, H, Drs dan Agus Ahmad Syafe, M.Ag. Metode Pengembangan Dakwah.Pustaka Setia. Bandung. 2002
Muis, Abdul. Komunikasi Islam. ROSDA. Bandung.2001
Syafei, Agus Ahmad. Memimpin dengan Hati yang Selesai Jejak Langkah dan Pemikiran Baru Dakwah K.H Sukriadi Sambas, M.Si. Pustaka Setia. Bandung. 2003
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Al-Ikhlas. Surabaya. 1983
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Gaya Media Pratama.Jakarta.1997


[1] Drs. H. Asep M, M. AG, Agus AS, M.Ag: Metode Pengembangan Dakwah: Pustaka Setia: Bandung:2002: 28
[2] Asmuni Syukir: Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam: Al-Ikhlas :Surabaya: 1983:34
[3] Asmuni Syukir: Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam: Al-Ikhlas: Surabaya: 1983: 38
[4] Ismail Raji Al-Faruqi: TAUHID: Pustaka Bandung: 1995:16
[5] Agus Ahmad Syafe’i: Memimpin dengan Hati yang Slelsai: Pustaka Setia: Bandung: 2003: 166

Media Dakwah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak cara melakukan dakwah, melalui berbagai cara dan beragam tempat. Agar mudah diterima, dakwah Islam bisa dilakukan dengan berbagai media, mengikuti perkembangan zaman.

Beberapa tahun yang lalu, syiar dakwah melalui VCD marak. "Puncaknya di tahun 2005," ujar editor in chief Mizan, Benny Rhamdani.

Menurutnya, dakwah harus bisa disebarkan melalui berbagai upaya. Bukan hanya dengan bertemu dan berbagi ilmu secara langsung, beragam media bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan syiar Islam.

Banyak yang menggunakan media buku sebagai media dakwah. Dari novel atau cerita ringan keseharian yang Islami, hingga fiqih Islam yang berisikan hal-hal serius.

Tujuan menggunakan berbagai media, salah satunya VCD ini, menurutnya agar bisa memperkuat karakter building umat Islam. Dengan berbagai media yang digunakan menyiarkan hal-hal yang Islami, keseharian selalu ditemani dakwah-dakwah islami.

Dulu, dakwah yang disyiarkan melalui VCD, disajikan melalui cerita-cerita ringan tentang keseharian umat Islam. "Ada unsur edukasi yang ringan tersemat di dalamnya," ujarnya pada Republika, Senin (15/4).

Proses pembuatannya, berasal dari cerita di buku-buku Islami. Kemudian, dibuat cerita yang lebih ringan dan lebih dekat dengan keseharian lagi. Misalnya "Aku Bisa shalat," atau "Aku Bisa Wudhu" untuk segmen anak-anak.

Cerita ringan tersebut, diolah oleh animator, membuat tampilan cerita tersebut menjadi animasi. Animasi inilah yang merupakan bentuk syiar dakwah, yang kemudian sampai ke tangan umat melalui bentuk VCD.

Membuat sarana dakwah melalui VCD ini, menurutnya beberapa tahun yang lalu sangat menguntungkan. "Selalu habis," ujarnya. Produknya pun selalu mudah ditemui dan didapatkan.

Sayang, waktu semakin berjalan membuat syiar dakwah melalui VCD ini pun surut, bahkan mati. Hal ini disebabkan karena media VCD sudah bukan zamannya lagi. Selain itu banyak pula pembajakan dan distribusi yang bermalasah.

Walaupun syiar melalui sarana VCD ini tak banyak dilirik lagi, bukan berarti kegiatan dakwah berhenti sampai di sini. "Medianya disesuaikan dengan perkembangan teknologi," ujarnya.

Kini, orang banyak menggunakan jaringan internet. Untuk itu, media yang akan dilirik di kemudian hari, yang akan potensial menurutnya adalah konten dan aplikasi Islami. "Mau tak mau kita harus mengikuti perkembangan zaman, VCD sekarang tak musim lagi," papar Benny




[1] Asmuni syukir, dasar-dasar strategi dakwah islam, Surabaya: Al Ikhlas, 2006, hal.17
[2]Dra. Armawati Arbi. MSi, dakwah dan komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta press, 2003, hal.17
[3]  Drs. H. Asep M, M. AG, Agus AS, M.Ag: Metode Pengembangan Dakwah: Pustaka Setia: Bandung:2002: 28
[4]  Asmuni Syukir: Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam: Al-Ikhlas :Surabaya: 1983:34
[5]  Ibid hal 38
[6]  Ismail Raji Al-Faruqi: TAUHID: Pustaka Bandung: 1995:16
[7]  Agus Ahmad Syafe’i: Memimpin dengan Hati yang Slelsai: Pustaka Setia: Bandung: 2003: 166

2 Responses to "Ilmu Dakwah yang harus diketahui bagi para pendakwah"

  1. Mas mau tany nih apakah keberadaan ilmu dkwh itu sma dgn sejrah dkwah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya sendiri beda antara Ilmu Dakwah dengan Sejarah Dakwah, karena dari segi definisi saja sudah beda jauh

      Hapus